Berawal dari sebuah pertanyaan
menggelitik dari mulut seseorang justru memicu rasa penasaran.
Dia bertanya....
Gaya gravitasi itu asalnya dari mana sih?
Yah, pertanyaan itu entah mengapa sampai
di telinga.
Sebenarnya itu pertanyaan yang sudah
cukup lama sih.
Entah mengapa baru merasa ingin
menuangkannya dalam bentuk tulisan akhir-akhir ini.
Eh, nggak penting juga yah..
Mau dilihat bagaimanapun jawabanya udah
tertulis di jidat layaknya sebuah stampel raksasa.
Lagi M (Males Mengakar Membuat Menunda
Menjadi Menyenangkan) :D
Mame5
Mames...
Eh, wow...
Kayaknya ane sukses buat istilah baru.
(bodo amat lah mau bilang apa juga)
Btw, mungkin juga sudah banyak yang
menulis tentang hal ini.
So, disini mungkin cuma akan menyediakan
kulit kacang. Jika mau makan kacangnya, coba cari referensi di tempat lain.
Kulit kacang!! Kulit kacang!! Kulit
kacang !!
Serebu dapet satu plastik!! Wkwkwk..
Oke, mari kita mulai....
Introduction
Fenomena gravitasi ada di sekitar kita.
Hal yang paling klasik adalah, mengapa sebuah benda jatuh kebawah? Sebuah
layang-layang jatuh kebawah. Sebuah batu jatuh kebawah. Bahkan air hujan pun
jatuh kebawah. Fenomena ini sudah lama teramati oleh manusia hingga ribuan
hingga jutaan tahun silam. Mungkin sejak manusia pertama kali ada, manusia
sudah pernah melihat fenomena benda jatuh. Abad demi abad berlalu hingga
seorang ilmuan jenius akhirnya mampu merumuskan sebuah gerak benda dalam
kerangka berfikir matematis. Lalu, dimulailah era dimana manusia mulai bisa
menjelaskan benda jatuh kebawah dengan suatu kerangka berpikir matematis untuk
menyebabkan sebab dan akibat. Sang penemunya kemudian menamainya dengan istilah
Gaya Gravitasi sebagai gaya yang menjadi penyebab sebuah benda jatuh kebawah.
Lalu, darimana asalnya gaya gravitasi ini?
Teori Gravitasi Newton.
Sebelum menginjak jauh kesana, mungkin
akan lebih baik membahas secara singkat mengenai hukum newton yang sangat
terkenal yaitu Hukum Newton I dan Hukum Newton II
Hukum Newton I
Hukum
ini disebut juga hukum kelembaman. Suatu benda yang diam akan terus diam sampai
ada gaya yang mengubahnya. Sebuah benda yang bergerak beraturan akan terus
bergerak beraturan sampai ada gaya yang mengubahnya. Dengan kata lain sebuah
benda berusaha mempertahankan kondisi awalnya. Lalu, apa yang terjadi jika ada
gaya yang mengubahnya? Jika ada gaya yang bekerja pada suatu benda yang konstan
(diam atau bergerak beraturan) maka benda tersebut akan mengalami dua
kemungkinan yaitu percepatan, atau perlambatan. Nah, keadaan ini diakomodir
pada hukum kedua.
Hukum
Newton II
Jika
sebuah gaya mengenai sebuah benda diam maupun bergerak beraturan, maka akan
timbul percepatan yang besarnya adalah resultan gaya yang bekerja pada gaya
tersebut dibagi dengan massanya. Mengapa ada percepatan disini? Karena resultan
gaya yang bekerja pada suatu sistem tidak bernilai nol. Mengapa massa
berpengaruh disini? Karena dalam suatu sistem gerak sederhana (gerak lurus)
yang mempengaruhi kelembaman suatu benda hanyalah massanya. Akan berbeda jika
sudah membahas gerak yang lebih kompleks seperti gerak melingkar.
Sekarang,
bagaimana Newton memformulasikan persamaan gravitasinya?
Gaya
gravitasi yang bekerja pada suatu massa dipengaruhi oleh massa dua benda yang
semakin berinteraksi. Semakin besar massa-nya maka akan semakin kuat pula gaya
gravitasinya. Hal kedua yang mempengaruhi gaya gravitasi adalah jarak. Semakin
jauh jarak benda, maka akan semakin lemah pula gaya gravitasinya. Sebaliknya,
semakin dekat jarak kedua benda, maka akan semakin besar pula gaya
gravitasinya.
Menurut
newton, semua partikel di alam semesta mengalami gaya tarik menarik satu sama
lain. Dengan anggapan sebuah partikel sebagai sesuatu yang memiliki massa dan
menempati ruang.
Nah,
selanjutnya apa itu ruang menurut Newton?
Menengok
kebelakang, terjadi sebuah perdebatan yang cukup sengit antara Newton dan
Leibniz (Gottfried Leibniz). Bukan hanya tentang kalkulus, tetapi juga dengan
konsep ruang. Newton menganggap ruang sebagai sesuatu yang absolut yang berdiri
sendiri lalu kemudian benda/materi berada dalam ruang tersebut. Layaknya sebuah
mangkok. Ruang adalah magkoknya sedangkan apa yang ada di dalam magkok adalah
materi. Dengan demikian, sebuah ruang akan tercipta lebih dahulu sebelum
“isian” nya. Sedangkan Leibniz memiliki pendapat berbeda. Ia menganggap ruang
sebagai interaksi spasial antar materi. Contohnya jika ada sebuah materi maka
ruang itu bisa di atas materi, dibawah materi, disamping materi dan sebagainya.
Dengan demikian ruang tercipta bersamaan dengan terciptanya materi.
Lalu,
apa konsekwensi dari pendapat Newton tentang ruang dan waktu absolut?
Ruang
tidak akan bisa dipengaruhi oleh gejala-gejala fisis. Misalnya kita mengukur
panjang suatu kereta. Tidak peduli dimanapun kita berada, kita akan mendapatkan
hasil yang sama. Orang yang mengukur panjang kereta dari dalam kereta akan
menghasilkan hasil yang sama dengan orang yang mengukur dari luar kereta. Lalu
bagaimana dengan waktu? Sama saja....
Waktu
absolut memiliki arti setiap orang memiliki waktu yang sama tidak peduli
dimanapun orang itu berada. Orang yang berada di bumi dengan orang yang sedang
berada di luar angkasa memiliki aliran waktu yang sama. Dengan kata lain, satu
jam di bumi sama dengan satu jam di luar angkasa.
Mudahnya,
ruang dan waktu adalah sesuatu yang tidak bisa diganggu gugat. Ia adalah
sesuatu yang absolut dan tidak bisa dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa fisis.
Hal
kedua yang patut dilihat adalah adanya The Principle of the Equivalence of Gravitation and Inertia yang menganggap massa gravitasi serupa
dengan massa inersia.
Nah,
sampai disini seharusnya sudah terlihat dengan jelas mengenai pendapat Newton
mengenai gravitasi
Semuanya
masuk akal kan?
Tetapi
ternyata semuanya tidak berhenti hanya sampai disitu.
Dimulai
dengan rentetan hasil pengamatan yang tidak sesuai dengan perhitungan
menggunakan kerangka berpikir Newton membuat sebagian ilmuan mulai meragukan
kesahihan dari teori gravitasi newton. Hingga akhirnya teori itupun
ditumbangkan oleh Albert Einstein.
Lalu
apa yang sebenarnya dilakukan oleh Einstein?
Gravitasi Menurut Einstein
Pernahkan
berpikir bahwa apa yang akan terjadi pada sebuah benda apabila benda tersebut
terus menerus diberi tambahan gaya? Benda akan bergerak semakin cepat dan cepat.
Sampai
berapa cepat? Tak terhingga?
Yap,
ada perbedaan antara cara berpikir Newton dengan cara berpikir Einstein.
Dimulai
dengan pendapat mengenai ruang dan waktu.
Menurut
newton, ruang dan waktu adalah sesuatu yang terpisah dan masing-masing bersifat
absolut. Tidak ada fenomena fisis yang mampu menggoyahkan keduanya. Sedangkan
Einstein memiliki pendapat yang berbeda. Ia menganggap ruang bersifat relatif
yang bisa dipengaruhi oleh besaran fisis seperti kecepatan dan gravitasi. Sama halnya dengan waktu. Waktu adalah sesuatu yang bisa dipengaruhi
oleh fisis. Keduanya berhubungan, tidak seperti Newton yang mengatakan ruang
dan waktu adalah sesuatu yang terpisah.
Teori
Relativitas Khusus
Teori
relativitas khusus diperkenalkan oleh Albert Einstein. Dalam mekanika klasik,
dikenal Prinsip Relativitas
Galileo dimana ia mengatakan bahwa
hukum-hukum haruslah berbentuk sama menurut semua kerangka acuan inersial.
Kerangka
acuan inersial adalah sebuah sebuah kerangka acuan yang tidak mengalami percepatan.
Ada dua kemungkinan yang bisa memenuhi kriteria itu. Pertama, kerangka acuan
itu dalam keadaan diam atau kerangka acuan itu dalam keadaan kecepatan konstan.
Misalnya
seorang menggantungkan benda pada seutas tali di dalam kereta. Jika kereta diam
atau bergerak beraturan, maka tali akan terlihat berdiri vertikal. Lalu apa yang
terjadi apabila kereta mengalami percepatan? Tali tersebut akan terlihat sedikit
miring.
Lalu,
bagaimana dengan konsep percepatan dalam kerangka berpikir mekanika klasik?
Anggap
saja A adalah sebuah pohon, B adalah kereta, C adalah manusia dan D juga
manusia.
Sekarang,
kereta sedang bergerak ke arah kanan dengan kecepatan . Maka menurut pengamat yang sedang berdiri di dekat pohon akan
mengatakan bahwa kereta bergerak dengan kecepatan X(kereta). Setelah itu C bergerak (di dalam kereta) ke arah kanan.
Maka
berapa jarak D ke C’ ?
Maka
akan didapatkan jarak D ke C’ = Jarak D ke C ditambah jarak C ke C’.
Misalkan
saja jarak C ke C’ sebagai X(orang) , jarak D ke C sebagai X(kereta) dan jarak D ke C’ sebagai X(seluruhnya)
Dari persamaan tersebut, dapat dilihat
bahwa nilai kecepatan sama sekali tak memiliki batasan. Sebuah benda bisa
memiliki kecepatan dengan nilai tak berhingga.
Andaikan saja kereta itu bergerak dengan
kecepatan cahaya (Bayangkan saja, jangan tanya ada atau tidak karena jawabannya
sudah jelas nggak ada, wkwkwk....). Lalu orang berjalan di dalam kereta. Dalam pandangan
mekanika klasik artinya orang tersebut sudah berjalan melebihi kecepatan cahaya!
Teori Relativitas Einstein
Konsep kecepatan Newton menemui banyak
masalah. Menurut kerangka berpikir newton, kecepatan suatu benda bergantung
pada titik pengamat. Untuk benda yang bergerak dengan kecepatan rendah, hal itu
mungkin dapat diterima. Akan tetapi pendapat itu menyelisihi teori Maxwell tentang
gelombang elektromagnet yang menyatakan bahwa kecepatan cahaya adalah tetap
dimanapun titik pengamat berada dan hanya dipengaruhi oleh permitivitas dan
permeabilitas magnetik dalam ruang.
Artinya, nilai pengukuran kecepatan
cahaya dalam ruang dengan permitivitas dan permeabilitas magnetik yang sama
akan menghasilkan hasil yang sama tidak peduli dimanapun letak pengamat
berbeda.
Hal lain yang menarik adalah asal mula
gaya gravitasi. Bagaimana interaksi antara dua benda bisa terjadi begitu saja?
Benda memiliki massa kemudian terjadi interaksi instant?
Dalam mekanika, semua gaya dihantarkan
melalui perantara. Menariknya, apa yang menjadi perantara gaya gravitasi? Lalu,
jika menganggap cahaya sebagai gelombang, bagaimana cahaya merambat melalui
ruang hampa? Padahal dalam mekanika juga disebutkan bahwa gelombang merambat
melalui medium.
Apakah ada sebuah partikel yang mampu
menghantarkan sebuah gelombang elektromagnetik?
Sampai sekarang, partikel yang bisa menghantarkan gaya gravitasi tidak
pernah ditemukan.
Lalu, Einstein mengajukan prostulatnya.
Pertama, prinsip relativitas. Hukum-hukum
fisika haruslah berbentuk sama di semua kerangka acuan inersial
Kedua, laju kecepatan cahaya
adalah konstan dan tidak bergantung pada letak acuan pengamat.
Dengan kedua hal itu, akan ada
konsekwensi dari aturan tersebut. Hal yang menjadi semakin membingungkan.
1. Setiap
apapun yang patuh pada hukum mekanika, kecepatannya tidak akan melebihi
konstanta elektromagnetika. Atau biasa diterjemahkan “di dalam ruang hampa,
tidak ada benda yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya”
2. Karena tidak ada benda yang melebihi kecepatan
cahaya, maka setiap benda yang mengalami penambahan kecepatan akan mengalami
penambahan massa.
(ingat
persamaan momentum p = mv)
3. Benda
yang mengalami penambahan enegi akan mengalami penambahan massa. Hal ini karena
nilai energi tidak mungkin tak terbatas. Jadi, apa ada korelasi antara energi
dan massa?
Oke, sepertinya sudah agak terlalu
melebar.
Kembali ke konsep gravitasi....
Nah sampai disini sudah jelas bahwa teori
gravitasi newton menyelisihi teori relativitas einstein. Maka, enstein membuat
sebuah gebrakan cara pandang baru mengenai gravitasi yang tidak menyelisihi
teori relativitasnya. Ia menganggap gravitasi bukanlah sebagai sebuah gaya. Ia
menganggap gravitasi sebagi semacam “manifestasi” kelengkungan ruang dan waktu.
Shhhh.... semakin membingungkan,
wkwkwk....
Setiap benda bermassa akan menyebabkan
efek lengkungan pada ruang dan waktu. Semakin besar massanya, semakin besar
pula lengkungannya. Jika menurut pendapat newton sebuah apel jatuh “menuju” ke
inti bumi. Dengan kata lain diasumsikan bahwa apel tersebut telah mengetahui
dimana inti bumi.
Sedangkan pendapat eistein berbeda. Karena
gravitasi ada karena interaksi massa, maka apel tersebut hanya bergerak
mengikuti lengkungan ruang waktu tanpa mengetahui arah tujuannya.
So, apakah gravitasi ada?
Newton memang tidak pernah menjelaskan dari mana asal gravitasi. Ia hanya menjelaskan bahwa semua benda bermassa akan menghasilkan gaya gravitasi. Tetapi, tidak adannya penjelasan gravitasi lalu menentukan bahwa gravitasi itu tidak ada adalah pemikiran yang terlalu sederhana.
Newton memang tidak pernah menjelaskan dari mana asal gravitasi. Ia hanya menjelaskan bahwa semua benda bermassa akan menghasilkan gaya gravitasi. Tetapi, tidak adannya penjelasan gravitasi lalu menentukan bahwa gravitasi itu tidak ada adalah pemikiran yang terlalu sederhana.
Jadi...
Yah, gravitasi itu ada setidaknya sampai saat ini karena belum ada teori lain yang cukup kuat untuk menumbangkannya. Hanya saja, setidaknya gravitasi sudah tidak dianggap sebagai gaya.
Seperti biasa, jika ada kritik dan saran atau juga koreksi, silahkan tulis komentar atau kirim melalui e-mail :D
Terima Kasih...
Yah, gravitasi itu ada setidaknya sampai saat ini karena belum ada teori lain yang cukup kuat untuk menumbangkannya. Hanya saja, setidaknya gravitasi sudah tidak dianggap sebagai gaya.
Seperti biasa, jika ada kritik dan saran atau juga koreksi, silahkan tulis komentar atau kirim melalui e-mail :D
Terima Kasih...