Mempertanyakan Konsep PIPO LONDO


Introduction
Konsep pipolondo atau juga biasa dibilang  sebagai kabagtakur memang bukan hal yang asing di dunia matematika. Hal yang sangat dasar dan biasanya sudah mulai dikenalkan di bangku sekolah dasar atau sekolah menengah tingkat pertama. Baik pipolondo baupun kabagtakur pada dasarnya merupakan sebuah akronim yang artinya kurang lebih sama. PIPO LONDO (Ping Poro Lan Sudo) KABAGTAKUR (Kali Bagi Tambah Kurang). Hanya saja, sejauh mana pemahaman mengenai konsep ini? Bagaimana menggunakan konsep ini? Atau yang paling ekstrim, Apakah kita benar-benar tahu mengenai konsep ini?
Apa ada metode lain di luar sana? Nah, pertanyaan-pertanyaan itu akan dibahas pada artikel kali ini.


Konsep PIPO LONDO

Sebenarnya, apa pipo londo benar-benar bisa dipahami sebagai sebuah konsep? Penulis sebenarnya juga nggak benar-benar paham. Yang bisa diingat hanyalah dahulu penulis pernah diajari saat di bangku sekolah dasar tentang ini. Hanya saja seingat penulis tidak ada pokok bahasan secara khusus mengenai hal ini. Penjelasannya bergabung dengan materi lain saat mencoba melakukan operasi hitung.

Yah, itu dahulu..
Entah kalau sekarang.
Entah itu sekarang diajarkan di level di SD atau SMP.
Atau entah sekarang bagaimana KI dan KD di kurikulum yang menaungi hal ini. (baca : males ngecek langsung)

BTW, penulis nggak akan membahas mengenai kurikulum.
Itu sangat panjang, sepanjang jalan kenangan... wkwkwk....

Nah menariknya, bagaimana konsep pipo londo yang sebagian besar dipahami oleh masyarakat?
Coba kerjakan pertanyaan berikut.
Ingat, jangan pakai kalkulator.
Cuma operasi satu-dua digit angka kok.  Kalau masih bingung juga sih kayaknya njenengan harus mulai lagi latihan mencongak.
Lumayan lah, buat nostalgia... wkwkwk....
Jika ada yang mendapatkan jawaban 0 dan 22, saya ucapkan selamat.
Bagi yang mendapatkan jawaban selain itu, jangan berkecil hati.
Bagi yang mendapatkan jawaban dalam bentuk pecahan, anda luar biasa. Terus pertahankan kemampuan berpikir out of the box mu...

Oke lanjut...

Setidaknya dengan penjelasan di atas, maka sebagian besar akan manggut-manggut dan sebagian yang bertanya-tanya....
Yah...
yang mau bertanya, simpan untuk nanti dan yang mau ketawa, juga simpan untuk nanti.

Lalu mengoperasikannya bagaimana sih?
Bagaimana jluntrungannya kok yang dikerjakan ada urutannya begitu?
Eits nanti dulu.....

BIDMAS, BODMAS dan PEMDAS.
Ada yang pernah mendengar ketiga hal itu?
Itu juga semacam cara untuk menyelesaikan sebuah operasi matematika. Bedanya, jika orang indonesia lebih menyukai akronim, orang luar lebih memilih membuat singkatan.
Mari kita bedah lalu kita telaah satu semi satu.

BIDMAS
B = Brackets
I = Indices
D = Division
M = Multiplication
A = Addition
S = Subtraction

BODMAS
B = Brackets
O = Orders
D = Division
M = Multiplication
A = Addition
S = Subtraction

PEMDAS
P = Parenthesis
E = Exponents
M = Multiplication
D = Division
A = Addition
S = Subtraction

Ketiganya sama, hanya beda nama.
Kalau kata sumber yang penulis baca, PEMDAS banyak digunakan di sekolah berbasis US sedangkan BIDMAS dan BODMAS banyak digunakan di sekolah berbasis UK. Masih ada lagi yang lain seperti GEMDAS tapi pada dasarnya semua sama.

Karena semua sama, kayaknya akan makan banyak waktu kalau harus jelasin satu-satu. Jadi, akan lebih baik kalau yang dijelasin satu saja tapi menyeluruh. (Baca : males njelasin panjang lebar :v)

Pertama, Parenthesis
Istilah ini setara dengan Brackets atau Grouping Symbol
Bahasa mudahnya, apapun yang ada dalam simbol grup (tanda kurung) dikerjakan terlebih dahulu

Kedua, Exponents
Istilah ini setara dengan Orders atau Indices. Kelihatannya berbeda, tetapi ketiganya merujuk pada arti yang sama. Ini biasanya merujuk pada bilangan berpangkat dan lawannya (logaritma).

Ketiga, Multiplication and Division (MD)
Nah, bagian ini biasanya dikerjakan dengan kesalahan. Keduanya setara baik perkalian dan pembagian. Maka, untuk menyelesaikannya dimulai dari yang disebut lebih dulu. Baik MD atau DM sama karena keduanya adalah hal yang setara dan tidak penting mana yang disebut terlebih dahulu. Bahasa mudahnya, diselesaikan dari kiri ke kanan. Bukan perkalian dulu baru pembagian.

Keempat, Addition dan Subtraction (AS)
Sama seperti MD, Addition dan Subtraction itu setara. Jadi diselesaikan dari kiri ke kanan. Bukan penjumlahan dahulu baru pengurangan.

Oke sampai disini masih bingung?
Harusnya sih tidak.

Sekarang mari kita kerjakan kembali kedua soal diatas...
Oke, soal pertama.....
Lanjut soal kedua...
Nah, mana tadi yang ngejawab 0 dan 22?
Bagi yang mau ketawa, sekarang dipersilahkan.
Bagi yang mau cemberut juga dipersilahkan.
Bagi yang mau makan cemilan, jangan lupa pak eko juga dikasih bagian.

BTW, entah dari mana akronim pipo londo dan kabagtakur. Yang jelas konsep tersebut dibangun berdasarkan konsep yang telah dijabarkan diatas.
Karena pemahaman yang kurang, akhirnya penjelasannya jadi melenceng dan diterima oleh banyak pihak.

Kenapa sih harus dibikin kayak begini?
Ya karena akan membingungkan jika tidak begini, hehe...
Bayangkan jika ada sebuah case dengan 2 jawaban atau lebih. Pasti ribet...
Kalau soal uraian sih nggak masalah...
Sekarang bayangkan saja sebuah alogaritma komputer yang hanya mngerti biner menjelaskan sebuah persamaan yang hasilnya bisa lebih dari satu. Kacau kan?

Ane membayangkan sebuah kaikulator dengan berbagai opsi jawaban tersedia.
Kalau dikerjakan pakai cara A, hasilnya maju,
Kalau dikerjakan pakai cara B, hasilnya mundur.
Kalau dikerjakan pakai cara AB, hasilnya maju mundur kena (Eh, kok malah jadi judul film).

Dan yah, bagi yang ahli atau setidaknya pernah mengenyam walau sedikit mengenai java atau C++ pasti memahaminya. Karena logika itu dipakai disana.

Lalu bagaimana dengan pertanyaan di awal tadi?
Kayaknya sudah terjawab semua dan nggak perlu diulang lagi...

BTW, seperti biasa Kritik dan Saran kalau ada boleh disisipkan di komentar atau kirik ke e-mail.
Makasih udah mampir.... :)


*Eh iya, dimana tadi ane naruh kopi?
*Kelupaan